Selasa, 28 Oktober 2014

Tanpa Kabar Darimu

Sekarang, aku harus membiasakan diri untuk bernapas tanpa perhatianmu. Aku mengawali hari, sambil menatap handphoneku yang sepi tanpa kabarmu. Aku mencoba menerima kenyataan ini, aku tidak bisa menuntut banyak. Aku hanya bisa mencintaimu dari sini dan jika rindu, yang aku lakukan hanya satu...membaca ulang bbm kita. Pagi tadi, aku melawan panasnya udara untuk mengurus banyak hal yang tak pernah kamu tahu. Aku ke sekolah-sekolah, ketemu calon deposan dan berkeliling mencari ide sambil tetap berharap kamu menyapaku bareng sedetik saja, entah mengucap hai atau mengingatkan agar tidak telat makan, atau mungkin berkata rindu setelah beberapa hari kita tak bertemu. Abaikan itu semua, Sayang...kamu tahu sejak awal aku adalah perempuan yang tahan banting disakiti berkali-kali jika sudah terlalu mencintai. Namun, semakin lama semakin aku sadari mencintaimu adalah ketololan yang harusnya tidak kulanjutkan. Aku harusnya tak perlu seberlebihan ini, tak perlu berharap terlalu banyak, tak perlu memimpikanmu agar memiliki perasaan yang sama. Tak perlu sayang, lupakan perempuan tolol ini, lupakanlah bahwa kita pernah berada dalam keadaan baik-baik saja, lupakanlah semua kata cinta dan rindu itu. Aku terlalu meyakinkan diriku bahwa suatu saat nanti kamu adalah sosok yang akan membahagiakanku. Aku memimpikan banyak hal, kamu akan membawakan matahari untukku dan mengusir semua mendung yang menutupi hariku. Kamu akan bawa aku ke langit paling cerah, membawaku terbang, melihat betapa di kota yang padat ini masih ada bunga-bunga yang bisa membuat kita tersenyum. Kamu akan membawaku pulang ke hatimu dan kita membuat daftar mimpi baru untuk kita wujudkan bersama, namun aku salah Sayang, kamu tidak sehebat itu. Kamu tak cukup hebat untuk kuperjuangkan mati-matian. Siang tadi, sepulang dari mengurus semua tugas yang menguras tenagaku, aku masih menatap handphone berkali-kali, berharap itu kamu yang mungkin saja sama rindunya denganku. Tapi sayang, semua itu hanya harapan. Aku merasa dengan adanya jarak ini hubungan bahkan komunikasi kita tak baik sayang. Seharusnya dengan jarak ini, semakin banyak rindu yang datang. Sayang, kamu tahu aku ini perempuan yang senang marah-marah tapi di dalam hati ini ada rindu yang ingin ikut meledak dalam amarah. Seperti janji-janji kita pada setiap percakapan telphone, suatu hari nanti entah kapan Tuhan mau inginkan hal itu terjadi, kita pasti akan berpeluk secara nyata. Doa yang kusebutkan saat malam itu pasti menemukan jawabannya dan jawabannya itu adalah kamu. Tapi, aku tak tahu kapan saat itu datang, aku tak tahu harus bersabar berapa lama lagi. Aku tak tahu harus menunggumu sampai kapan lagi. Jemari ini telah lelah mencoba menyentuh hatimu yang dingin. Kaki ini telah tak sanggup lagi melangkah karena enggan kamu bawa lari jauh-jauh lagi, aku takut dipersimpangan jalan sana, kamu akan meninggalkanku, mengejar tujuanmu sendiri tanpa menyertakan aku dalam langkahmu. Adakah kamu tahu Sayang, perempuan yang selalu menunggumu pulang ini tak akan secerewet ini jika sehari saja kamu kabari dia, kamu sapa dia, kamu beri sedikit cium meskipun cium itu masih berbentuk emoticon dan tulisan. Aku sendiri kesepian, aku kehilangan senyumku, senyumku seakan-akan tergantung pada kehadiranmu. Kamu jauh disana entah sedang menyelamatkan mimpi siapa, mungkin disana kamu juga lupa ada yang diam-diam mendoakanmu, memohon padaNya sambil menitikan air mata, saat berkali-kali namamu tak absen dalam doanya. Hari ini, tidak adalagi yang harus aku tunggu. Hmm...aku kangen, kangen kamu yang dulu, kangen kita, kangen semuanya..!!! -dari penggemarmu yang tak tahu diri, tak tahu apa-apa, hanya tau "MENCINTAIMU"-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar