Sabtu, 27 September 2014

Aku Menunggumu

telah kutemukan yang aku impikan, kamu yang sempurna segala kekurangan, semua kelemahan kamu jadikan cinta tanpamu aku tak bisa berjalan, mencari cinta sejati tak kutemukan darimu aku bisa merasakan, kesungguhan hati cinta yang sejati karenamu... dikirim Tuhan untuk melengkapiku tuk jaga hatiku karenamu... hasrat terindah untuk cintaku takkan cemas ku percaya kamu karena kamu jaga tulus cintamu ternyata...kamu yang kutunggu Thanks God I Found You - Andi Pradani

Sabtu, 13 September 2014

Sampai Kapan Kita Bisa Bersama?

Akhir-akhir ini aku sulit tidur. Bukan banyak pikiran, hanya ada beberapa hal yang harus aku kerjakan. Salah satunya adalah kembali membuka pesan singkatmu di handphone, membacanya sambil tersenyum kecil dan mendengarkan suara lembutmu melalui voice note. Itulah yang biasa aku lakukan. Dan...akhir-akhir ini juga aku merasakan banyak perubahan terhadap dirimu. Aku merasakan banyak hal yang berubah, yang tadinya ada kini perlahan-lahan menghilang. Perhatian-perhatian kecil darimu semakin hari semakin sirna, perlakuan-perlakuan lembutmu tidak lagi kurasakan. Hmm...aku tau sayang, kamu begitu sibuk. Mungkin karena kesibukan itulah semua cara dan sikapmu berubah kepadaku, tidak seaktif dulu. Dulu disaat kamu pertama kalinya mengucap kata sayang kepadaku. Aaahh..sudahlah. Aku sudah terbiasa dengan sikapmu yang seperti ini. Sampai saat ini aku terus berjuang dan melewati yang memang tak pernah aku minta untuk terjadi. Seperti takdir, dia datang bagai pencuri, tanpa laporan ucapan permisi datang menghampiri. Ini bukan salahku, juga bukan salahmu. Aku sudah tau yang harus aku hadapi, lalu pantaskah mengeluh? Tidak. Sejauh ini perjuanganku memang tidak sia-sia, belum sia-sia (lebih tepatnya). Apa kamu membaca nada ketidakyakinan? Manusiawi jika manusia punya rasa tidak yakin, karena seluruh yang terjadi di kolong langit ini memang penuh ketidakpastian. Sayang. Masih tahankah kamu berjuang bersamaku sampai saat ini? Aku sudah bilang padamu, tidak perlu masuk kedalam terowongan yang tak punya ujung. Berkali-kali juga kukatakan, tidak perlu masuk ke lingkaran yang tidak kamu kenali setiap sudut-sudutnya. Kamu ternyata tidak seperti yang kubayangkan, kamu lebih kuat dan lebih tegar dari yang kukira. Kamu masih berjalan disampingku, menggenggam erat tanganku. Jadi, sudah berapa lamakah kita lewati hari bersama? Emh... tidak perlu dihitung. Kebersamaan bukanlah kalkulasi yang penuh dengan jawaban pasti. Kebahagiaan kita juga bukan ilmu hitung yang mutlak dan bisa dipecahkan secara jelas. Aku merasa kamarku lebih dingin dari biasanya. Kantong mataku menebal, entah siapa yang menyebabkan ini terjadi. Bukan salahmu sayang, sungguh. Dalam cinta, adakah kebodohan? Justru karena kebodohan itulah segalanya jadi nampak manis dalam kegelapan, terlihat mempesona dalam ketersesatan. Setelah semua yang kita lewati bersama, yakinkah ada tujuan yang jelas diujung sana? Sesudah beberapa tikungan yang kita lalui, akankah kita tidak akan bertemu tikungan yang lebih tajam? Tidak ada yang pasti. Kita hanya tau melangkah dan terus melangkah. Menikmati yang ada dikanan kiri, mempelajari yang ada di depan kita, dan menerima yang harus kita pasrahkan. Sampai kapan kita bersama? sampai kamu terbatuk-batuk diruang tamu, dan aku tergopoh-gopoh membawakan obat batuk untukmu? Sampai kapan kita bisa terus menyatu seperti ini? Sampai kamu tak mampu lagi mengintip matahari diluar jendela dan hanya bisa memelukku erat ketika bangun di pagi hari? Sampai kapan perasaan ini terus bertahan? Sampai kata "aku mencintaimu" terucap saat kamu mengecup nisanku atau sebaliknya aku yang mengecup nisanmu? Berjanjilah sayang, kita tidak akan berpisah dalam masalah apapun kecuali maut yang memisahkan.

Minggu, 07 September 2014

Dua Hari Ini

Ketika dua hari belakangan ini kamu menghilang dan tidak ada kabar, aku menyimpan rinduku dalam-dalam dan menunggumu menghubungi lebih dulu. Nyatanya kamu tidak sepeka itu, kamu entah sibuk dengan apa dan siapa, hingga begitu mudah menggeser aku dari hari-harimu. Aku tahu aku bukan siapa-siapa, mungkin aku hanya temanmu, sahabat karibmu, kawan ceritamu. Dan, jika memang betul kamu tidak menganggap aku serius, bisakah kamu berhenti memelukku ketika kita bertemu? bisakah kamu berhenti merangkulku dan berbisik rindu di telingaku? bisakah kamu tak lagi datang dan pergi seperti ini sehingga menambah luka baru dalam dadaku. Dua hari ketika kamu tidak disini, diam-diam aku menyimpan air mata yang tak kamu ketahui. Dengan alasan kamu sedang sibuk dengan pekerjaanmu, aku menerima kekalahanku yang pasti tidak akan terlihat penting dimatamu. Seperti biasa, aku berlanjut menunggumu, hingga aku lupa rasanya bosan. Karena semua luka dan perih seketika terhapus ketika kamu sapa aku dengan secuil "hai" dan sejumput "kangen". Tak lupa kamu selipkan sedikit kecupan dalam pesan singkatmu untuk membiarkanku membayangkan bagaimana rasanya dicium saat sedang dilanda rindu, walaupun kecupan itu hanya berupa pesan singkat. Itulah hari-hari yang kita jalani selama ini. Hubungan yang sebenarnya tak sehat tapi masih tetap kuperjuangkan. Detik-detik yang kita lewati tanpa kepastian, seakan kamu tak tahu perempuan ini mengharapkanmu memberi sedikit ruang untuk bernapas agar aku tidak kesesakan dalam hubungan yang serba tak pasti ini. Dua hari selama kamu pergi, aku menyimpan rindu yang tak kamu pahami. Entah mengapa, kamu begitu mudah mengabaikanku, sementara aku sangat sulit untuk tidak peduli padamu. Tetap kukirimkan kabar meskipun kutahu tak semua kabar itu akan berujung balas darimu. Tetap kuluapkan kalimat penyemangat, lewat voice note dengan suara yang kubuat semerdu mungkin, agar kau tak mendengar tangisku dan tetap bisa melewati harimu tanpa memikirkan kesedihanku selama ini. Dua hari ini kamu adalah sosok yang membuatku seringkali menggigil dan ketakutan. Aku mendapat kabar bahwa semakin banyak perempuan-perempuan yang menaruh hati padamu, yang menaruh perhatian terhadapmu bahkan perempuan yang masih terus menghubungimu yang membuatku semakin cemburu. Mengapa aku tidak bisa memamerkanmu sedahsyat itu di dunia nyata? Apa aku dilarang untuk bangga karena dekat dengan seorang pria tampan, gagah, baik dan mapan, yang bernama Andi Pradani? Apa kamu yang memang belum siap memamerkan perempuan biasa ini di lingkup sosialisasimu? Apa karena aku bukan perempuan yang pantas untukmu makanya aku tidak berhak atas semua hak yang begitu istimewa? Aku ini....tolol. Bisa-bisanya aku rela disembunyikan dalam status yang demikian rumit, yang bahkan tak membuatku kunjung memahami semua. Aku sadar, aku hanya perempuan biasa yang kamu jadikan tempat sampah, namun mengapa untuk berhenti selangkah saja, rasanya aku selalu takut tidak akan lagi menemukan pria yang seperti kamu? Dua hari ini, pengabaianmu juara nomor satu. Dan kamu berhasil membuatku takut, membuatku gelisah, membuat aku bertanya-tanya. Sebenarnya kamu anggap aku ini siapa? Jika memang kamu menjalani ini bukan karena cinta, lalu apa maksud dari semua kedekatan kita yang terjalin beberapa bulan ini? Jika memang ini bukan cinta, lalu apa arti genggaman tanganmu, yang tak ingin melepaskanku, ketika aku mengundurkan diri untuk memperjuangkanmu. - Dari Devella Eya yang terlalu mencintaimu -

Terimakasih untuk Cinta

Dalam hidup pasti ada yang datang dan pergi memberi cinta atau menebus luka Namun...bukankah Tuhan selalu punya rencana setelah hujan selalu ada pelangi setelah luka pasti ada bahagia setelah menunggu pasti akan ada yang datang SEMUA INDAH PADA WAKTUNYA... Jika kau mau menunggu, berusaha dan berdoa. Kini...dia hadir dalam hidupku. Memberi warna dalam setiap hariku, memberi perubahan dalam setiap perjalanan hidupku. Aku tidak butuh apa apa lagi, yang aku butuhkan hanya Dia. Dia yang mencintaiku dengan tulus ikhlas, menerimaku apa adanya dan membuat hari-hariku merasa sempurna serta memberikanku kenyamanan dan kasih sayang yang begitu luar biasa. Terima kasih untuk cinta yang hebat ini, - Princess Purple -

Diary-ku Tersenyum

Senyum itu dan aku hanya menatap, terdiam dan betah serasa isyaratkan dan mengartikan bahasa di jiwa, mengertikan cinta yang ingin menjadi keharusan. Keharusan selalu berada di setiap detik berdenting, temani dan menemani karena senyumnya yang membuatku jatuh cinta. Tersadari ini teduh cinta yang akan damaikan jiwa dan tak ingin terlewat dan tertinggal senyumnya. Aku yang tak mampu dan hanya menggumam, menemui dan menemaninya dalam khayal untuk bersama menari-nari di taman surga impian. Aku yang tak mampu dan tak punya kuat alasan mengungkapkan, hanya cinta yang terasakan bersamanya dalam pelukan dalam khayalan. Aku hanya mampu menuliskan jejak khayal dalam diary untuk tinggalkan cerita perjalanan khayal. Diary-ku tersenyum, begitulah gambaran tentang cinta, tentang aku yang selalu merasa bersama karena dia adalah aku dan dia adalah khayalku, dimana rindu menjadi satu disana aku bisa menulis dan mengisahkan dalam diary yang masih tersisa lembarannya. Begitulah cinta, tak harus terungkapkan tapi dirasakan, tak harus nyata tapi khayalan. Begitulah jari jemari menghitung dan tak lagi membiji karena sudah 3 bulan lebih aku menjalani cinta dengan khayal yang sampai saat ini masih betah. Gila...Tapi inilah cinta, inilah perasaan yang mampu bertahan sampai saat ini. Menjadikan kantor tempat terindah, tempat mencuri-curi senyum hingga tak ada kata bosan menatap dan memandanginya. Itulah aku, seolah tanpa hirau akan pengarahan, seolah menjadi keharusan dan akan tetapi harus bisa menyamarkan karena tidak ada satupun orang kantor yang mengetahui kisah ini. Kisah Cinta yang sangat indah dan semoga akan indah setiap harinya. Mewarnai setiap perjalanan hidupku, membuat hari-hariku begitu indah. Dia lebih dari sekedar indah, Dia merubah segalanya. Dia..Dia..dan hanya Dia.