Selasa, 26 Februari 2013

Sulit Bagiku Untuk Menerima Kenyataan

Dear you,. Aku tahu kamu gak akan pernah ada waktu untuk melihat bahkan membaca tulisan ini. Tulisan yg penuh tentangku, tentangmu dan tentang kita. Tapi semua hanya tinggal kenangan, kenangan yg akan aku tuangkan dalam sebuah tulisan yg sama sekali tidak akan pernah kamu baca dan kamu lihat. Aku gak tahu harus memulai darimana, 2,5thn menjalani hari bersamamu. Melihat senyummu, canda tawamu, merasakan perhatian dan kasih sayangmu secara langsung, sampai akhirnya waktu itu tiba. Mei tepatnya tanggal 19 2012, aku duluan yg pergi meninggalkan kota Bandung dan kembali ke kota asalku. Dan awal Juni kamupun menyusul pulang ke kota asalmu Medan dan meninggalkan kota penuh kenangan itu. Dari awal aku dan kamu udah membicarakan bagaimana kelanjutan hubungan kita, karena kita akan memasuki masa-masa LDR. Masa dimana kesetiaan diuji, dan aku tahu kamu tidak akan bisa melakukannya. Tapi kamu selalu mencoba meyakinkanku kalo kamu bisa ngejalani ini. Akhirnya kita terus ngejalani hubungan ini sampai akhirnya kesetiaan dan kepercayaan itu kamu khianati. Tiga Bulan ngejalani LDR sampai akhirnya aku tahu kamu berkhianat, aku memilih untuk mundur karena aku gk mau menahan egoku utk terus bersamamu walau aku tahu kamu gak bsa. Karena semua semu, LDR tanpa bertatap muka hanya memberi perhatian melalui sms dan telpon. Itu saja tidak cukup untukmu, karena kamu pernah bilang; "kalo aku sedih, siapa org yg mau aku peluk". Akhirnya aku tersadar, aku gak bsa maksain semua ini. Kita pisah baik-baik 13 Agustus 2012. Kita masih berhubungan baik, selama masih berhubungan baik ternyata aku tahu semuanya. Aku dapat kabar dari semua teman-temanmu bahwa kamu mempunyai Hp Blackberry dan itu sejak kita masih di bandung. Mereka menceritakan semuanya tentangmu, tentangmu yg gak pernah aku tahu karena selama denganku kamu menutupnya dengan rapat. Sejak kedatangan abg sepupumu, kamu mencari celah untuk menjauh dariku. Semua alasan kamu lontarkan kepadaku, dan ternyata kamu sempat berpacaran dengan adik pacarnya teman abg itu. Yah, aku gak tau itu. Bahkan melalui BBM kamu juga mendekati banyak cew, sampai akhirnya nama cewek itu yg kamu ukir di BBM mu. Sementara saat itu kita masih berstatus "pacaran". Sungguh terlalu, sakit!! Tapi aku mencoba untuk kuat. Kamu selalu menyalahkan agama dgnku, tapi ternyata kamu juga berpacaran dgn beda agama, sama sepertiku. Jadi kenapa kamu selalu menyalahkan agama kepadaku jika sbnrnya kamu juga berpacaran dgn yg beda agama?? Dua bulan berlalu, aku coba untuk sabar. Dan apa, kamu datang ke aku dan mengatakan bahwa kamu sudah tidak lagi berhubungan sama cewek itu. Kamu mau baik lagi samaku, karena rasa itu masih ada akhirnya aku memaafkan semuanya. Kita baik, berhubungan baik, bahkan lebih dekat. Setiap kali teleponan aku selalu menanyakan "siapa wanitamu?" tapi kamu selalu bilang "tidak ada, untuk saat ini tidak mau pacaran dulu". Iya, aku percaya itu. Tapi entah kenapa, Tuhan itu emg baik. Tanpa aku cari tahu, diapun datang. Dia?? siapa dia? iya, dia wanitamu. Wanita yg selama ini kamu sembunyikan dariku dan akhirnya dia yg mencari tahu tentangku. Kaget, iya aku kaget. Tapi aku coba untuk tidak gegabah mengambil sikap. Akhirnya aku tanyakan kepadanya, siapa wanita itu? iya, dia menjawab dengan jujur. Dan akupun udah mengambil sikap. Selang dua hari, kamupun mencoba menjelaskan kembali dari awal siapa dia dan apa hubungannya dgnmu. Aku gak percaya, tapi kamu selalu mencoba meyakinkan ku, bahkan kamu menyuruh temanmu utk menjelaskan semuanya padaku, karena kamu selalu cerita tentang aku kepadanya. Iya, lagi lagi aku percaya dan kembali memaafkanmu. Tidak sampai disini saja, wanita inipun curhat kepadaku kalau dia udah memutuskan untuk tidak lagi bersama kamu. Karena selama bersamamu dia merasa tidak dianggap. Iya, kita kembali baik dan kita memutuskan untuk ketemu di bandung pada bulan Desember. Akhirnya kita ketemu lagi di kota penuh kenangan, "Bandung". Kedekatan itu tercipta kembali, seperti mimpi, seperti dulu lagi. Kembali ke bandung, menikmati indahnya romantisme kota bandung berdua denganmu. Bahagia, hanya bahagia yang ada saat itu. Pertengahan desember kita kembali lagi ke kota asal masing-masing. Kita masih berhubungan baik, bahkan lebih baik dan lebih dekat. Seperti dulu lagi, seperti pacaran. Tapi tidak ada status, karena kita sama-sama tahu kedepannya seperti apa. Kita jalani saja, dan akupun tidak menuntut apapun kepadanya. Seperti biasa setiap tanggal 1 kita saling mengucapkan, karena dulu tanggal 1 merupakan tanggal jadian kita. Januari kita lalui, perhatianmu semakin terasa dan semakin dekat. Tapi apa daya pertengahan januari kamu berubah drastis. Aku gak tahu kenapa, karena setiap aku tanya kamu selalu bilang "itu hanya perasaanku saja". Aku terlalu cepat mengambil keputusan, kita pun berhubungan tidak seintens dulu. Perhatian kamupun berkurang, bahkan kesibukanmu melampaui apapun. Aku terima semua itu, kamupun jarang menghubungiku. Bahkan aku kabari duluanpun kamu jarang untuk membalasnya, apalagi untuk mengabariku duluan. Mungkin mustahil bagimu. Setiap aku tanya, kamu selalu bilang "sibuk". Sesibuk itukah dirimu sampai-sampai untuk meluangkan waktu memberi kabar kepadaku pun tak bisa?? Aku coba pahami itu. Februari pun datang, seperti kejatuhan reruntuhan yang tidak sanggup aku bendung. Kamu pun melontarkan kata-kata yg menusuk dan amat sangat menyakitkan. Kamu akhiri semuanya, kamu jelaskan kepadaku kenapa kamu seperti ini. Bukan karena wanita lain, tapi emg sudah seharusnya kita tidak seperti ini. Iya, sebisa mungkin aku terima semuanya. Dan akupun memutuskan untuk menjauh menghilang dari hidupmu. Tidak pernah memberi kabar lagi, bahkan aku putuskan mengganti nomor hp ku tanpa kamu tahu. Karena kamu emg gak pernah mau tahu tentangku lagi. Yaa... mulai saat itu aku udah gak tahu lagi gimana kabarmu. Sampai akhirnya aku banyak bermimpi tentangmu. Aku coba menanyakan kabarmu kepada seseorang. Akhirnya aku memberanikan diri menghubungimu, sebenarnya aku gak mau tapi keadaan yg mendorongku untuk bertanya kepadamu siapa wanita mu saat ini. Seharusnya aku gak perlu tahu, aku udah gak ada hak. Tapi ketahuilah, aku lakukan semua ini karena ada sebabnya. Kamu masih berkilah, bilang kalo gak pnya pacar dan untuk dekat sama wanitamu gak ada. Iya, aku coba untuk percaya. Tapi entah kenapa aku masih saja bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku putuskan lagi untuk menghubungimu dan menanyakan pertanyaan yg sama. Iya, sore itu akhirnya kamu menjelaskan semuanya. Tuhaaaaann.....hancur rasanya hati ini saat mendengar bahwa kamu sedang mendekati wanita, dalam masa PDKT. Aku gak tahu apa itu benar atau kamu bohong biar aku gak "berharap atau ngubungin kamu lagi". Tapi setelah kamu menceritakan wanita itu, rasanya hati ini percaya. Kamu udah bisa ngelupain aku dan membuka hati buat orang lain. Dari cerita, dari gaya bahasamu menceritakan dia sepertinya hatimu udah yakin kalo dialah "wanitamu". Sepertinya dia berbeda dari wanita-wanita sebelumnya yg udah pernah kamu dekati. Iya, mgkn hatimu udah terbuka lebar untuknya. Bahkan kamu udah benar-benar bisa ngelupain aku. Tidak apa-apa. Ada atau tidak adanya wanita dalam hidupmu bagiku tak masalah. Aku hanya ingin tahu saja, dan akhirnya aku mendengarkan langsung dari mulutmu. Dialah wanitamu, wanita yg berbeda dari sebelumnya. Bahkan sudah bisa menggantikan posisiku, sampai kamu bisa melupakan bayang-bayangku dan semua kenangan itu. Tidak apa-apa, jujur sakit banget. Tapi aku harus kuat, aku harus bisa nerima kenyataan ini. Hidup terus berjalan, aku tidak boleh egois. Itu hak kamu mau pacaran sama siapapun. Aku harus kuat, kuat melihat kamu bahagia bersama pilihanmu. Ikhlas, dan aku ikut bahagia melihat org yg aku sayang bahagia bersama pilihannya. Tuhaaaaann...akhirnya semua nya jelas. Aku udah gak perlu lagi cari tahu tentang kamu, bahkan aku udah gak mau tahu lagi tentangmu. Sudahlah, sudah aku ikhlaskan. Pergilah, jangan pernah berbalik untuk melihatku karena aku gapapa. Hanya kekuatan yang aku butuhkan saat ini. Skenari-Mu pasti jauh lebih indah Tuhan, aku percaya itu. Sulit bagiku untuk menerima kenyataan yg gak sesuai dengan apa yg aku harapkan. Ikhlas, lalu minta pada-Nya. Semua adalah tentang waktu dan biarkan waktu...

Kamis, 14 Februari 2013

Membunuh Masa Lalu

Mataku sembab, menangisimu setiap kali mengingatmu sama saja mengundang air mata membasahi pipiku Pertemuan kita yang indah memang tak seindah cerita akhirnya Aku masih menyimpan barang pemberianmu, menyekap mereka dalam kardus agar aku tak lagi melihatnya Bahkan aku masih memikirkanmu saat kutahu kau tak lagi memikirkanku Semudah itu kau datang, semudah itu kau tinggalkan Semudah itu kau mengendalikan hatiku, semudah itu kau merusaknya Jangan tanyakan mengapa hingga saat ini aku msih merindukanmu Mengapa dalam rentan waktu tanpamu aku merasa perasaanku mati seketika Aku tak dapat membedakan mana tangis dan mana tawa, mana amarah dan mana cinta yang membuncah Dunia semakin terlihat gelap dimataku Bagaimana aku bisa merasa tersiksa jika kutahu kau bahagia bersama dia? Mustahil bagiku mengosongkan otak kiri dan kananku hingga tak ada lagi kamu yg mengisinya Sulit bagiku saat harus membunuh masa lalu, masa dimana ada kamu dan hanya ada kamu...

Terbiasa Kau Sakiti

"Entah mengapa perlakuan kasarmu masih terlihat lemah lembut dimataku". Aku selalu kehilangan kamu, lalu kembali menemukanmu. Maksudku, apakah kamu tak bisa benar-benar tetap tinggal? Sehingga saat aku membutuhkanmu maka aku tak perlu lagi mencarimu, maka aku tak perlu lagi repot-repot menunggumu untuk meninggalkan kesibukanmu. Aku selalu bersabar dengan sikap dan tindakanmu, ketika kamu bahkan tak pernah ada disaat seseorang bertanya siapa seseorang yang menjadi sandaran hatiku saat ini. Aku selalu menunggumu ketika kamu bahkan tak akan kembali hari ini. Sebegitu tak berhargakah aku di matamu? Sebegitu tak bernilaikah aku di hidupmu? Aku tidak pernah merasa BOSAN dan MALAS dengan sikapmu. Aku tak pernah berkata LELAH dengan semua perlakuanmu. Tapi, mengapa kau selalu berkata BOSAN, MALAS, dan LELAH dengan sikapku? Apakah dari semua kesabaran dan keikhlasanku ada hal yg tersembunyi yang membuatmu resah dan risih? yang membuatmu tak ingin dan tak ingin diharapkan lagi. Aku hanya ingin meminta sedikit saja pengertianmu, sedikit saja perhatianmu agar kau tetap menganggapku ada, seperti aku yg selalu menganggapmu ada. Aku tahu, mungkin kesibukanmu telah mengubah cara berpikirmu, yang juga ikut mengubah perasaanmu. Mungkin, kamu tidak lagi mengharapkanku seperti dulu. Mungkin, aku bukan siapa-siapa lagi di hatimu. Dan, kemungkinan yang tidak pernah ingin ku ketahui bahwa kamu tak ingin lagi diingatkan agar tidak telat makan olehku, bahwa kamu tak ingin lagi diperhatikan kesehatannya serta pola makannya olehku, bahwa kamu tak ingin lagi membagi semua kesedihan dan kebahagiaanmu untukku satu-satunya. Ternyata, kata BOSAN itu sangat berpengaruh dalam suatu hubungan, seiring berjalannya waktu, seiring dengan datangnya orang-orang baru dilingkunganmu sehingga sedikit demi sedikit mereka telah menggantikan tugas wajibku untuk memperhatikan dan mencoba mengerti keinginanmu. Kamu yg sekarang, kamu yg telah berubah, kamu yg tak lagi aku kenal Tahukah kamu bahwa aku masih saja meminta Tuhan agar terus menjagamu? Tahukah kamu bahwa aku berkali-kali mengucap namamu dalam setiap doaku? Meskipun berkali-kali Tuhan memperingatkan bahwa "kasih itu lemah lembut" tapi entah mengapa perlakuan kasarmu menjadi sesuatu yg masih terlihat lemah lembut di mataku. Entah karena hatiku yg mulai buta, atau karena aku yang terlalu terbiasa kau sakiti. Inspiration: Dwitasari

Posesif dan Caraku Mencintaimu

Aku tahu bahwa mungkin kau tidak pernah suka diperlakukan seperti ank kecil, seperti tahanan kota yg dijejeri banyak pertanyaan hanya karena melangkah ke suatu tempat. Aku tahu mungkin kau muak dengan caraku yg tak bisa disaring oleh logikamu, ketika pria-pria lainnya bebas berpergian kemanapun, tapi aku selalu menahanmu untuk melangkah ke tempat manapun, hanya karena aku tak bersamamu saat kau ingin bebas berpergian. Sayang, inilah caraku melindungimu. Cara yg mungkin tak pernah kau inginkan dan kau harapkan. Mengekangmu terlalu dalam dan membatasi lingkuangan sosialisasimu. Mengaturmu layaknya bayi kecil yg tidak boleh kemana-mana tanpa seorangpun yg menemaninya. Dengan begitu gilanya, aku mengkhawatirkanmu, padahal ku tahu kau bisa melindungi dirimu sendiri, kau bisa membela dirimu tanpa harus menyertai aku dalam pembelaanmu. Aku terlalu rajin jika harus bertanya siapa saja wanita yang menghubungimu setiap menit. Siapa saja wanita yang mencoba mendekatimu setiap jam, dan siapa saja wanita yg mengomentari status jejaring sosialmu setiap harinya. Mungkin kau merasa sangat risih dengan tindakanku yg terkesan menjijikkan. Posesif, itulah caraku untuk mencintaimu. Aku selalu curiga dengan semua perkataanmu. Aku selalu tak percaya dengan semua pernyataanmu. Jangan berpikir bahwa kau adalah pihak yg paling tersiksa. Jujur, aku sendiri juga sangat tersiksa ketika harus memperlakukanmu seperti penjahat kelas kakap yg harus dipaksa terlebih dahulu baru dia akan mengakui segala perbuatannya. Aku tahu, bahwa kau tidak mungkin berbohongiku, bahwa perkataanmu pasti dapat dibuktikan. Kau selalu memaksaku untuk menjelaskan dasar dari perbuatanku yg membuatmu risih dan jera. Cemburu buta itu tak pernah berdasar, sedangkan posesif tak pernah butuh logika agar sibuk bekerja pada bagiannya. Dan, lihatlah saat ini kau memilikiku, dengan segala keterbatasan dan kemampuanku. Detik ini bisakah kau mengerti sedikit saja? Bahwa aku memiliki banyak kelebihan, tapi satu kekuranganku yg tak kau suka adalah melindungimu dengan cara yg salah. Tapi aku selalu berharap bahwa aku tak akan pernah mencintaimu dengan cara yg salah.
Happy Holiday !!! November 2012, Batam - Spore- Malay