Minggu, 07 September 2014

Diary-ku Tersenyum

Senyum itu dan aku hanya menatap, terdiam dan betah serasa isyaratkan dan mengartikan bahasa di jiwa, mengertikan cinta yang ingin menjadi keharusan. Keharusan selalu berada di setiap detik berdenting, temani dan menemani karena senyumnya yang membuatku jatuh cinta. Tersadari ini teduh cinta yang akan damaikan jiwa dan tak ingin terlewat dan tertinggal senyumnya. Aku yang tak mampu dan hanya menggumam, menemui dan menemaninya dalam khayal untuk bersama menari-nari di taman surga impian. Aku yang tak mampu dan tak punya kuat alasan mengungkapkan, hanya cinta yang terasakan bersamanya dalam pelukan dalam khayalan. Aku hanya mampu menuliskan jejak khayal dalam diary untuk tinggalkan cerita perjalanan khayal. Diary-ku tersenyum, begitulah gambaran tentang cinta, tentang aku yang selalu merasa bersama karena dia adalah aku dan dia adalah khayalku, dimana rindu menjadi satu disana aku bisa menulis dan mengisahkan dalam diary yang masih tersisa lembarannya. Begitulah cinta, tak harus terungkapkan tapi dirasakan, tak harus nyata tapi khayalan. Begitulah jari jemari menghitung dan tak lagi membiji karena sudah 3 bulan lebih aku menjalani cinta dengan khayal yang sampai saat ini masih betah. Gila...Tapi inilah cinta, inilah perasaan yang mampu bertahan sampai saat ini. Menjadikan kantor tempat terindah, tempat mencuri-curi senyum hingga tak ada kata bosan menatap dan memandanginya. Itulah aku, seolah tanpa hirau akan pengarahan, seolah menjadi keharusan dan akan tetapi harus bisa menyamarkan karena tidak ada satupun orang kantor yang mengetahui kisah ini. Kisah Cinta yang sangat indah dan semoga akan indah setiap harinya. Mewarnai setiap perjalanan hidupku, membuat hari-hariku begitu indah. Dia lebih dari sekedar indah, Dia merubah segalanya. Dia..Dia..dan hanya Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar